Jakarta (ANTARA) - Peneliti Nasional Vaksin Tuberkulosis (TB) Prof. DR. dr. Erlina Burhan mengatakan, sambil menunggu vaksin M72 yang diperkirakan tersedia pada 2029, perlu mengoptimalkan program serta strategi penanganan lainnya yang masih ada.
"Kita juga butuh melakukan inovasi-inovasi termasuk berbagai temuan baik obat yang bisa untuk pencegahan dan juga vaksinasi sebagai pencegahan, dan juga punya alat-alat diagnostik yang masuk kelompok point of care. Jadi artinya orang tidak perlu datang ke fasilitas laboratorium tapi alatnya bisa dibawa ke komunitas dan dilakukan testing pemeriksaan di komunitas," kata Erlina dalam webinar berjudul “Pengembangan Vaksin: Kunci Menuju Eliminasi TB” di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa inisiatif-inisiatif ini perlu karena dari 10,8 juta kasus TB secara global, sebanyak 10 persen ada di Indonesia, dengan angka kematian berkisar 120 ribu-130 ribu setahun, yang berarti setiap jam ada 15-16 orang yang mati karena penyakit itu.
"Jadi memang meskipun ada kemajuan dalam pengelolaan TB dan program TB di Indonesia, tapi memang tiket keberhasilan pengobatan kasus TB barulah mencapai 87 persen, dan angka ini tentu saja jadi tantangan cukup besar buat kita," katanya.
Ini berarti ada 13 persen orang yang tidak sembuh, dia melanjutkan, dan hal itu menjadi sumber penularan bagi orang sekitarnya. Jika upaya-upaya penanganan selain pengembangan vaksin tidak digencarkan, katanya, maka mencapai eliminasi TB pada 2030 menjadi berat dilakukan.
Baca juga: BPOM beri izin uji klinis fase 3 vaksin TB M72 di RI
Dia menyoroti adanya kelompok yang perlu dilindungi, yakni orang-orang dengan TB laten, agar kumannya tidak bermanifestasi menjadi penyakit itu, serta orang-orang dengan sistem imun rendah seperti seperti bayi di bawah 2 tahun atau orang yang positif HIV, agar tidak terkena TB.
Untuk mencegah aktifnya kuman TB pada yang mengalami TB laten, maka sejumlah caranya yakni meningkatkan sistem imun, memberikan vaksin, atau juga memberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT).
Terkait vaksin, Erlina menyebutkan bahwa per September 2024, ada sebanyak 15 kandidat vaksin TB yang sedang dikembangkan di dunia.
"Ada yang sebagian masih di fase 1 ini ada 4 vaksin, di fase 1. Ada 3 vaksin di fase 2A/uji klinis 2A, dan 2 vaksin di fase uji klinis 2B," dia menjelaskan.
Sementara itu, katanya, ada enam kandidat vaksin yang sudah masuk uji klinis tahap tiga. M72, katanya, adalah yang terdepan, karena uji kliniknya sudah tahap ketiga dan rekrutmen untuk sukarelawannya sudah selesai dilakukan, dengan sebanyak 20 ribu orang berpartisipasi secara global.
Fase pre-klinik vaksin M72, katanya, berlangsung dari 1994-2005, kemudian fase kliniknya pada 2005-2013 di sejumlah negara antara lain Swiss, Amerika Serikat, Belgia.
Pengembangan vaksin itu sempat terhenti pada uji klinik tahap dua karena kesulitan pendanaan, namun akhirnya Gates Foundation membantunya. Selain Gates Foundation, ada juga Wellcome Trust dari Inggris yang membantu mendanai.
Dia menambahkan, fase 2B M72 berlangsung pada 2014-2018.
Baca juga: Kepala BPOM pastikan uji vaksin TB di Indonesia banyak manfaat
Baca juga: Menkes pastikan keamanan vaksin TB yang sedang diuji klinis tahap 3
Baca juga: Kemenkes targetkan vaksin tuberkulosis sudah ada tahun 2028
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025