Wisata sungai Desa Canden untuk perekonomian masyarakat

1 day ago 4

Bantul (ANTARA) - Kelurahan Canden, satu dari 75 desa yang ada di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi sebuah perdesaan yang berkembang karena mampu mendayagunakan sejumlah potensi lokalnya untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat setempat.

Berada di antara kawasan wisata terkenal Pantai Parangtritis di sisi selatan dan perbukitan Mangunan Dlingo yang ada di sisi timur, Canden menjadi desa yang strategis untuk sekadar dilewati maupun dikunjungi.

Kondisi geografis perdesaan yang berada di sepanjang daerah aliran Sungai Opak menjadi salah satu potensi yang terus digali. Sungai tersebut memberikan banyak kesempatan bagi munculnya aneka ragam aktivitas dan budaya di kawasan ini.

Pemerintah Kelurahan Canden dan masyarakat yang peduli terhadap pelestarian sungai tidak menjadikan sungai sebagai halaman belakang. Mereka menjadikan sungai sebagai wajah desa mereka yang harus dijaga dan dirawat agar memberikan dampak positif bagi lingkungan.

Dari semangat itulah, kemudian pengembangan pariwisata berbasis kawasan muncul dengan memanfaatkan aliran sungai. Mereka membuka wisata air dengan menawarkan petualangan dengan packrafting, yaitu wisata air menggunakan perahu karet.

Wisata ini menawarkan petualangan ringan kepada wisatawan untuk menyusuri Sungai Opak dengan mendayung perahu karet, sendirian maupun berpasangan. Wisata sungai yang dikelola Badan Usaha Milik Kelurahan ini menawarkan wisata mendayung perahu karet sejauh dua kilometer dan lima kilometer dengan waktu tempuh satu setengah jam sampai dua jam.

Wisata sungai di Canden ini bukanlah arung jeram, karena kontur sungainya memang terbilang landai. Sensasi mendayunglah yang ditawarkan dalam wisata ini.

Pengelola memberikan jaminan keselamatan kegiatan berwisata packrafting itu. Mereka mempunyai pemandu air yang bersertifikat BNSP dan bekerja sama dengan Federasi Arum Jeram (FAJI).

Ketika tiba di Kiringan, salah satu pedukuhan di Canden, wisatawan yang menikmati wisata packrafting itu juga disuguhkan dengan jamu tradisional. Mereka juga bisa melihat proses membuat jamu.

Terdapat lebih dari 132 pengrajin jamu tradisional di dukug itu. Itu sebabnya Kiringan menjadi sentra penghasil jamu tradisional terbesar di Bantul. Membuat jamu merupakan usaha turun temurun.

Pengelola wisata di sana juga menawarkan pengalaman bagi wisatawan tentang jamu dan konsultasi kesehatan, jelajah wisata mengenal tanaman jamu dan khasiatnya, serta praktek dan mendapat resep membuat jamu yang bisa dibawa pengunjung.

Bagi pengunjung yang khusus ingin belajar membuat jamu dengan minimal peserta 20 orang, pengelola wisata bisa menghadirkan pengrajin jamu tradisional yang sudah turun temurun dari beberapa generasi menekuni pembuatan jamu.

Salah satu pengrajin jamu tradisional Muslimah mengatakan usaha pembuatan jamu sudah dilakukan secara turun temurun sejak generasi sebelumnya, dan para pengrajin di sini lebih mempertahankan membuat jamu secara manual dibandingkan dengan mesin.

Wisatawan di desa itu juga dapat merasakan geliat masyarakat pembuat jamu ini yang memang bisa menjadi atraksi tersendiri.

Karena itulah, secara khusus, wisata perdesaan ini juga mengangkat potensi kawasan penghasil jamu tradisional di Bantul tersebut. Pembuat jamu di Pedukuhan Kiringan ini memiliki alasan tersendiri kenapa membuat jamu secara tradisional dan justru karena prosesnya yang masih tradisional itu pula yang bisa ditawarkan kepada wisatawan.

Jaga kelestarian sungai

Pemerintah kelurahan Canden berharap pariwisata berbasis packrafting dapat merangkul para penambang pasir tak berizin yang ada di sepanjang Sungai Opak, sehingga kelestarian bantaran sungai dapat terjaga dengan baik.

Dengan demikian, pengembangan wisata berbasis kawasan yang diawali dengan wisata packrafting ini dapat berdampak tidak hanya bagi perekonomian, tetapi juga dapat berdampak ke aspek tata ruang, sosial, budaya dan lingkungan.

Desa Canden memiliki strategi dalam pengembangan wisata tersebut, yaitu dengan lebih banyak melibatkan masyarakat dari berbagai unsur baik masyarakat, pelaku usaha, dan pihak kepentingan lain untuk membangun dan memiliki wisata packrafting.

Dengan keterlibatan berbagai unsur masyarakat di wilayah pedesaan tersebut, secara tidak langsung akan menumbuhkan sikap handarbeni atau rasa memiliki, sehingga bisa saling merawat dan menjaga demi kepentingan bersama.

Lurah Desa Canden Beja mengatakan pengembangan pariwisata secara kawasan yang melibatkan seluruh unsur yang ada di masyarakat tersebut diharapkan bisa mengangkat derajat 3.000 keluarga rentan miskin yang ada di daerah itu.

Tidak hanya itu, pengembangan pariwisata berbasis kawasan daerah aliran sungai ini juga punya dampak lain, yaitu terlaksananya penataan wilayah di 15 pedukuhan Kelurahan Canden

Setiap dukuh dari 15 pedukuhan yang terdapat di sepanjang aliran sungai tersebut memiliki keunikan yang kesemuanya dapat ditonjolkan sebagai faktor pendukung wisata sungai. Misalnya di bagian utara, yaitu Pedukuhan Pulokadang memiliki situs bersejarah makam yang memiliki legenda dan cerita dari zaman kerajaan Mataram.

Kemudian Pedukuhan Kralas, menjadi salah satu pendukuhan yang memiliki sanggar seni terbanyak di Bantul. Pedukuhan ini sudah membuat beberapa sendratari yang berdasar pada legenda yang sudah masyhur di wilayah pesisir Sungai Opak.

Sedikit ke selatan, terdapat kampung Wonolopo dengan warganya yang mayoritas pengrajin onde-onde dan jajanan pasar yang menyuplai makanan tradisional di pasar-pasar di wilayah Yogyakarta. Selain itu di Pedukuhan Gaten dengan situs watu lumpangnya, kemudian Pedukuhan Suren Kulon dengan komunitas andong, kendaraan tradisional yang ditarik tenaga kuda.

Dengan menjadikan sungai sebagai titik awal membangun sebuah peradaban tersebut menjadi bukti nyata bahwa wilayah yang memberlakukan sungai dengan baik dapat berkembang dengan luar biasa.

Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |