UB Malang tambah lima guru besar bidang ilmu berbeda

6 hours ago 3

Malang (ANTARA) - Universitas Brawijaya (UB) Malang menambah lima guru besar dalam bidang ilmu berbeda yang akan dikukuhkan di Gedung Samantha Krida kampus setempat pada Rabu (28/5).

Kelima guru besar tersebut adalah Prof Dwi Budi Santoso sebagai profesor bidang Ekonomi Regional, Prof Nia Kurniawan sebagai profesor bidang Taksonomi Vertebrata, Prof Dr Daduk Setyohadi sebagai profesor bidang Ilmu Dinamika Populasi Ikan, Prof Dr Gatut Bintoro sebagai profesor bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Perikanan Tangkap dan Prof Dr Masruroh sebagai profesor bidang Ilmu Material dan Permukaan.

Kepada wartawan di Malang, Jawa Timur, Jumat, Prof Dwi Budi mengemukakan bahwa ia mengembangkan model pemetaan klub konvergensi ganda (KKnDa) yang dapat memberikan informasi komprehensif bagi perencana daerah untuk Menyusun kebijakan percepatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan karakteristik pendapatan dan investasi per kapita.

"Selain untuk mendesain percepatan pertumbuhan ekonomi, model pemetaan juga dapat digunakan untuk penyusunan kebijakan penurunan tingkat ketimpangan ekonomi antar-daerah," katanya.

Sementara Prof Nia Kurniawan mengatakan Indonesia diakui sebagai gugusan kepulauan dengan keanekaragaman hewan vertebrata endemik terbesar kedua setelah wilayah pegunungan Andes dan Mesoamerika, namun saat ini terdapat ancaman kepunahan.

"Ancaman kepunahan vertebrata endemik ini terus meningkat. Sehingga, taksonomi vertebrata menjadi kunci yang sangat krusial untuk melakukan identifikasi, klasifikasi dan dokumentasi spesies," ujarnya.

Selanjutnya, Prof Daduk Setyohadi mengatakan tren penangkapan ikan lemuru menunjukkan penurunan tajam tanpa adanya pemulihan signifikan. Penurunan ini disebabkan oleh pola penangkapan yang berlebihan dan tidak selektif.

"Sebagian besar ikan, termasuk yang belum dewasa ikut tertangkap sebelum sempat berkembang biak. Melihat ancaman ini, saya mengembangkan teknologi sertifikasi perikanan lemuru berkelanjutan Selat Bali (TSPLB-UB)," katanya.

Prof Dr Gatut Bintoro menekankan perlunya penguatan teknologi informasi, seperti digitalisasi pemantauan stok ikan dan system informasi spasial.

Pada aspek ekologi, Prof Gatut menekankan pentingnya zona perlindungan laut (marine protected areas/Mpas), pengaturan waktu penangkapan dan alat tangkap ramah lingkungan.

"Pendekatan ini diambil karena mengutamakan aspek keberlanjutan," ujarnya.

Baca juga: UB kukuhkan delapan profesor bidang ilmu berbeda

Baca juga: Universitas Brawijaya kukuhkan dua profesor perikanan

Baca juga: Universitas Brawijaya tambah empat guru besar

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |