Beijing (ANTARA) - Dalam Konferensi Akademi Ilmu Pengetahuan China dan Akademi Teknik China pada 2014, Presiden China Xi Jinping pernah mengatakan "Robot adalah permata di mahkota industri manufaktur".
Ia pun menambahkan bahwa penelitian, pengembangan, implementasi hingga pelipatgandaan hingga robot adalah indikator kunci dalam mengukur inovasi teknologi dan kemampuan industri manufaktur suatu negara.
Selanjutnya dalam Konferensi Robot Dunia pertama pada 2015, Presiden Xi kembali menekankan bahwa "Dunia saat ini berada di persimpangan revolusi teknologi dan industri baru. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berinovasi melalui integrasi lintas-disiplin yang luas".
Integrasi teknologi informasi dan industri cerdas, ungkap Presiden Xi diwakili oleh teknologi robotika berkembang pesat dan menjadi simbol penting dari inovasi teknologi di era saat ini.
Pernyataan tersebut menjadi arah bagaimana China mendorong inovasi teknologi di bidang robotika, termasuk menghasilkan terobosan-terobosan untuk kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI).
Terbaru adalah pernyataan pemerintah China untuk memproduksi massal robot humanoid pada 2025 yang masuk dalam jargon "Made in China 2025".
Sebelum robot humanoid, China sudah lebih dulu membangun rantai pasok "robot industri" yang mendapat predikat sektor strategis sehingga dalam satu dekade terakhir robot industri di sektor otomotif, elektronik dan farmasi mendapat subsidi dari pemerintah.
China pun telah menjadi pasar terbesar untuk robot industri sejak 2013 dan menyumbang 52 persen dari seluruh instalasi robot baru pada 2022. Tingkat kepadatan robot (jumlah robot industri per 10.000 pekerja) di China meningkat dari 97 pada 2017 menjadi 392 pada 2023.
Baca juga: Perkembangan robotika China melesat berkat rantai industri yang tepat
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025