Yogyakarta (ANTARA) - Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Indria Laksmi Gamayanti menekankan pentingnya pendidikan seksual sejak dini sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak.
"Pendidikan seksualitas sejak dini dalam bentuk yang positif dan sesuai usia, termasuk pengenalan bagian tubuh, batasan interaksi fisik, dan pemahaman tentang media digital," ujar Indria dalam keterangannya di Yogyakarta, Jumat.
Pernyataan itu disampaikan Indria menyusul kasus predator seksual anak di Jepara beberapa waktu lalu dengan 31 korban berusia 12 hingga 17 tahun.
Menurut dia, pendidikan seksual yang diberikan secara tepat dan sesuai usia dapat membekali anak agar mampu mengenali risiko serta melindungi diri.
Indria menuturkan anak-anak usia pra-remaja dan remaja sedang berada dalam masa pencarian identitas dan sangat membutuhkan perhatian serta pengakuan dari lingkungan sekitar.
"Ketika hal ini tidak terpenuhi dari lingkungan terdekat, mereka menjadi lebih mudah tergoda oleh bujuk rayu dan pujian dari lawan jenis," ujar dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM itu.
Baca juga: Menteri Arifah kecam perkawinan anak di Lombok Tengah
Dia menilai hingga saat ini literasi anak terhadap dunia digital masih rendah. Banyak anak belum memahami batasan privasi dan tidak memiliki kesiapan menghadapi konten seksual atau ajakan mencurigakan yang kerap muncul di media sosial.
Oleh karena itu, orang tua dan pendidik diharapkan mampu mendeteksi tanda-tanda awal anak menjadi korban kekerasan seksual, meski tidak selalu tampak jelas.
Indria menyebutkan beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain perubahan sikap ekstrem, penurunan prestasi akademik, mimpi buruk, ketakutan terhadap sentuhan fisik, atau menarik diri dari lingkungan sosial.
Jika menemukan tanda-tanda tersebut, menurut dia, orang tua sebaiknya tidak langsung menyalahkan anak.
"Respon orang tua menjadi krusial. Kalau langsung menyalahkan, anak akan makin tertutup dan merasa tidak aman. Padahal, ia butuh dukungan emosional untuk pulih sekaligus pendampingan agar tidak berkembang menjadi gangguan psikologis di kemudian hari," kata dia.
Ia mengingatkan bahwa dampak kekerasan seksual terhadap anak bisa berlangsung jangka panjang, mulai dari gangguan kecemasan, depresi, hingga kesulitan menjalin hubungan sosial yang sehat saat dewasa.
Selain pendidikan seksual, dia menegaskan bahwa komunikasi terbuka antara anak dan orang tua juga menjadi kunci pencegahan.
"Kita tidak bisa hanya mengedukasi anak, tetapi juga orang tua. Supaya saat anak menghadapi situasi berisiko, mereka tahu harus bersikap bagaimana, dan siapa yang bisa dipercaya," ujar dia.
Baca juga: Komnas Perempuan kecam keras grup Facebook Fantasi Sedarah
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2025