Psikolog: Kunci hadapi stres tekanan kerja bukan sekadar "semangat ya"

1 day ago 3

Jakarta (ANTARA) - Tekanan kerja yang tinggi tak jarang menjadi pemicu stres, bahkan dalam beberapa kasus bisa berkembang menjadi gangguan mental yang serius seperti salah satunya depresi.

Meski begitu, menurut Psikolog jebolan Universitas Indonesia, Ratih Zulhaqqi, tekanan kerja tidak serta-merta menyebabkan depresi, namun, stres berkepanjangan yang tidak ditangani dengan baik bisa menjadi salah satu faktor risiko.

“Stres itu pasti dialami semua orang, apalagi di lingkungan kerja saat ini yang serba cepat dan kompetitif. Tapi depresi adalah kondisi psikologis yang berbeda dan lebih dalam. Seseorang yang depresi biasanya sudah kehilangan kemampuan untuk mengelola stresnya,” jelas Ratih saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.

Baca juga: Psikolog: Jaga kesehatan mental dengan keseimbangan porsi kerja

Menurut dia manajemen stres yang baik dan mekanisme koping yang sehat adalah kunci bertahan di lingkungan kerja yang penuh tekanan. Teknik seperti regulasi emosi, latihan pernapasan, mindfulness, hingga mengubah sudut pandang terhadap situasi negatif menjadi bagian penting dalam mengelola tekanan kerja.

Ratih juga menekankan pentingnya dukungan sosial yang empatik.

“Kalimat ‘semangat ya’ itu seringkali tidak membantu, malah memperburuk keadaan. Lebih baik katakan, ‘aku nggak tahu kamu sedang melalui apa, tapi aku ada di sini kalau kamu butuh’. Itu jauh lebih berarti,” kata dia.

Baca juga: Tak selalu buruk, stres dan cemas bisa jadi baik untuk Anda

Jika sudah muncul gejala seperti kehilangan motivasi, gangguan tidur, menarik diri dari aktivitas sosial, dan energi emosional sangat rendah hingga kesulitan melakukan hal sekecil apapun itu bisa jadi tanda awal depresi.

“Saat itu terjadi, sangat disarankan untuk mencari bantuan profesional. Pergi ke psikolog atau psikiater bukan berarti lemah atau gila, itu langkah berani,” ujar Ratih.

Baru-baru ini, kasus meninggalnya seorang asisten manajer Bank Indonesia yang sempat viral di media sosial menjadi pengingat bahwa kesehatan mental, terutama di dunia kerja, tidak boleh diabaikan.

Meski penyebab kepergiannya masih dalam penyelidikan, muncul dugaan soal tekanan kerja kembali mengangkat pentingnya manajemen stres dan empati di lingkungan profesional.

Baca juga: Atasi stres, pekerja diminta perbaiki pola hidup dengan sadari risiko

Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |