Jakarta (ANTARA) - "Jangan besar kepala”, itu adalah tanggapan Ketua Umum PSSI Erick Thohir setelah timnas U-23 Indonesia pesta gol ke gawang Brunei Darussalam U-23 dengan skor 8-0 pada laga perdana Grup A Kejuaraan ASEAN U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Selasa.
Erick merasa kemenangan itu tak bisa menjadi patokan kekuatan Garuda Muda yang sebenarnya lantaran timpangnya kualitas kedua tim.
Menurut dia, kekuatan sebenarnya dari Indonesia akan mulai diukur oleh Filipina, dimana kedua tim akan bertemu di SUGBK pada laga kedua Jumat (18/7) pukul 20.00 WIB.
Bukan tanpa sebab, Filipina diakui Erick sangat bisa menyulitkan Indonesia. Meski dihuni enam atau tujuh pemain dari universitas, tim asuhan Garrath McPherson itu bisa tampil solid sebagai tim.
Terbukti, pada laga pertama mereka, saat tak ada yang menjagokan, Filipina tampil mengejutkan dengan mengalahkan Malaysia 2-0. Otu Bisong Banatao menjadi pahlawan dengan dua golnya. Meski memborong dua gol, pujian juga perlu diberikan kepada dua pemain yang memberikan umpan berbuah gol (assists), yaitu Javier Mariona dan Uriel Reyes Dalapo.
Kendati mengejutkan banyak pihak, McPherson menolak disebut beruntung. Menurutnya, kemenangan ini adalah berkat kerja keras dan hasil latihan yang dilakukan timnya.
Bukan hanya secara kualitas tim, Erick juga tak terlalu memberikan pujian berlebih kepada penampilan Jens Raven, yang memborong enam gol dalam kemenangan besar itu.
Sekali lagi, Brunei tak bisa menjadi tolak ukur kualitas Raven, yang baru saja mendapatkan kontrak profesionalnya bersama Bali United tersebut.
Selain Erick, Manajer Timnas Indonesia Sumardji juga enggan memberikan sanjungan berlebih kepada striker 19 tahun itu. Ia bahkan terang-terangan menilai kualitas Raven masih jauh, sehingga ia belum bisa menggantikan Ole Romeny di timnas senior yang cedera parah.
Sementara itu, pelatih timnas U-23 Gerald Vanenburg mengatakan hal yang dicarinya di turnamen ini adalah bagaimana timnya selalu berkembang dari hari ke hari, dari pertandingan satu ke pertandingan berikutnya.
Kualitas permainan Garuda Muda berpotensi akan semakin meningkat, mengingat Victor Dethan sudah kembali berlatih. Dethan sendiri adalah pemain yang musim lalu tampil reguler bersama PSM Makassar, di mana ia tampil 25 kali di Liga 1 dengan mencetak tiga gol dan tiga assists.
Selain Dethan, Raven yang sempat dipertanyakan kebugarannya, dipastikan Vanenburg bisa tampil melawam Filipina.
Secara kualitas tim, pelatih yang merupakan legenda sepak bola di Belanda itu menilai kualitas Filipina tak beda jauh dengan Indonesia. Filipina dipandangnya sebagai sebuah tim yang memiliki banyak pemain muda bagus.
Kedua tim saat ini sama-sama mengoleksi tiga poin. Oleh karena itu, Vanenburg menganggap laga ini sangat penting. “Kalau kita gagal, kita akan tersingkir, dan kita tidak bermain lagi di turnamen ini (ASEAN U-23 2025),” kata dia.
Pemenang dari pertandingan ini akan mengoleksi enam poin dan total poin ini akan membuat peluang lolos ke semifinal terbuka lebar. Dengan enam poin, maka pertandingan sarat gengsi melawan Malaysia pada laga terakhir, Senin (21/7), akan dihadapi Indonesia lebih santai. Satu poin dari laga melawan Negeri Jiran pun sudah lebih dari cukup untuk mengunci tiket fase gugur ASEAN U-23.
Tak peduli kehadiran suporter
Hal yang menjadi sorotan pada pertandingan melawan Filipina nanti adalah kehadiran suporter. Hanya sekitar 2.000 penonton saat Indonesia membantai Brunei Darussalam dengan skor 8-0. Artinya, kursi SUGBK hanya terisi 2,5 persen dari kapasitas aslinya yang mampu menampung hampir 80 ribu penonton.
Erick Thohir menilai sepinya penonton melawan Brunei karena mungkin saja mereka sudah memprediksi akan menang dengan mudah, jika melihat kesenjangan kualitas yang ada. Ia pun memprediksi antusiasme penonton di SUGBK akan bertambah saat Indonesia menjamu Filipina.
Berbeda dengan Erick, Gerald Vanenburg mengaku tak peduli dan tak akan tergantung dengan banyak atau sedikitnya suporter yang hadir.
Menurut dia, kehadiran banyak suporter memang menyenangkan dan bisa memberikan energi tambahan. Namun, ia ingin Garuda Muda “mandiri” dan tidak ketergantungan pada apapun. Banyak atau sedikitnya suporter yang hadir nanti, kata dia, timnya harus tetap bermain bagus untuk meraih kemenangan.
“Tentu akan sangat menyenangkan dengan kehadiran suporter. Namun, tanpa suporter kita tetap harus bermain dan mencoba untuk menang,” kata pelatih 61 tahun tersebut.
Kepercayaan diri Filipina
Timnas U-23 Filipina sedang dalam kepercayaan diri tinggi dan ini diakui oleh pelatih mereka, Garrath McPherson.
Filipina membungkam Malaysia, salah satu tim yang diunggulkan di turnamen ini. Setelah Malaysia, McPherson menyebut anak-anak asuhnya tertantang untuk meraih hasil positif melawan Indonesia, tim yang menurut dia memiliki pemain-pemain berkualitas dan akan sulit dikalahkan karena bermain di kandang sendiri.
“Saya sudah tidak sabar melihat para pemain kami dan bagaimana mereka memanfaatkan kesempatan itu. Pada akhirnya akan menjadi pengalaman yang berharga bagi para pemain,” kata pelatih berkebangsaan Australia tersebut.
Efisien, adalah kata yang tepat menggambar permainan Filipina. Tak banyak menyerang, namun sekali mendapat ruang, serangan mereka begitu berbahaya. Itulah yang dirasakan Malaysia ketika kalah.
Pelatih mereka Nafuzi Zain mengaku anak-anak asihnya dominan melakukan penyerangan, namun yang hilang dari timnya adalah tak bisa mencetak gol. Lemahnya sektor pertahanan mereka juga turut Zain soroti karena tak mampu mengawal Otu Bisong Banatao, yang mampu menjebol gawang mereka dua kali pada laga tersebut.
McPherson punya bekal berharga yang tak dimiliki Vanenburg. Karena, sebelum pertemuan ini, ia sudah tahu betul kekuatan beberapa pemain kunci Indonesia, seperti Dony Tri Pamungkas, Muhammad Ferarri, Arkhan Fikri, hingga Rayhan Hannan.
Beberapa pemain Indonesia ini ia lihat secara langsung kualitasnya saat timnas senior Filipina melawan Indonesia di Kejuaraan ASEAN 2024 yang dimainkan di Stadion Manahan, Solo. Pada laga yang diakhiri dengan kemenangan Filipina dengan skor 1-0 ini, McPherson bertindak sebagai video analyst. Ia menjadi bagian staf kepelatihan dari Pelatih Kepala Albert Capellas.
Dari empat edisi yang sudah digelar, ini adalah kali pertama Indonesia menjadi tuan rumah turnamen yang dulu bernama Piala AFF U-23 ini. Dengan status tuan rumah, maka haram rasanya jika trofi ini berlabuh ke negara lain.
Kemenangan melawan Filipina tidak lain dan tidak bukan akan menambah kepercayaan diri Garuda Muda mengarungi sisa turnamen, untuk kemudian meraih juara kedua mereka setelah edisi 2019 di Kamboja.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.