Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) mengajak masyarakat untuk memperkenalkan warisan budaya dan nilai-nilai luhur bangsa kepada dunia melalui produk fesyen yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
"Kita harus memperkenalkan justru (produk fesyen) heritage (warisan budaya) kita yang rata-rata tidak memakai kimia," kata Ketua Umum APPMI Poppy Dharsono saat ditemui di Jakarta, Jumat.
Poppy mengatakan konsep sustainable atau berkelanjutan saat ini sedang menjadi tren di kalangan anak muda yang memikirkan keberlangsungan kehidupan di masa depan. Hal-hal yang disoroti betul seperti kebersihan udara dan tidak memakai produk-produk yang berpotensi mencemari planet.
Baca juga: APPMI: Tren warna di tahun 2025 bergeser dari minimalis ke maksimalis
Para desainer sendiri, katanya, juga sudah mulai mengikuti tren tersebut. Tiap karya yang dibuat tidak menggunakan barang-barang yang dapat mengotori bumi seperti plastik.
"Karena baju sintetis yang terbuat dari plastik itu, itu tidak bisa habis. Mungkin butuh ratusan tahun untuk (mengurai) ini dan itu mengotori laut, sungai, di mana-mana sampah dari plastik, dari pakaian juga jadi itu yang harus kita ubah ke arah yang berkelanjutan," ujarnya.
Ia melanjutkan kalaupun busana yang diciptakan menggunakan kulit hewan maka proses pembuatannya harus dikelola dengan sebaik mungkin agar tidak berdampak pada kelestarian lingkungan.
Baca juga: Ini upaya desainer lokal bertahan di tengah gempuran fesyen impor
Meski demikian, Poppy tidak menampik apabila masih ada produk fesyen yang menggunakan kulit hewan. Produk itu juga digemari di sejumlah tempat seperti Eropa yang memiliki musim dingin.
Adapun jenis produk yang dinilainya bisa bertahan digunakan sampai puluhan tahun adalah fur coat (jubah berbahan bulu) yang terbuat dari bulu kambing.
"Kita perlu membuat sesuatu yang bisa menimbulkan nilai tambah, bisa memberikan pekerjaan kepada mereka (para pencari kerja) tetapi juga harus keberlanjutan," kata dia.
Baca juga: Ketua APPMI: Kulit dari Garut berpotensi naik kelas
Sebagai desainer yang sudah berkecimpung dalam dunia fesyen selama puluhan tahun, Poppy mengaku sedang mempromosikan sebuah benang yang terbuat dari biji kapas dan berasal dari Yogyakarta.
"Ketika dijadikan benang dan ketika ditenun itu akan menghasilkan kain yang bersinar dan lembut seperti sutra. Itu harganya di bawah katun, tetapi seperti sutra dan itu tidak memiliki jejak binatang sama sekali ataupun bahan kimia," ujarnya.
Poppy yang juga menjabat sebagai Presiden Indonesia Fashion Week itu turut mengajak desainer muda untuk mulai memperhatikan tren berkelanjutan dan lebih mencintai planet yang ditinggali. Ia menekankan pentingnya untuk menggaungkan fesyen yang tidak menggunakan plastik pada produk-produk berikutnya.
Baca juga: APPMI: Industri fesyen bisa berikan nilai tambah pada produk kerajinan