Save The Children ingatkan pentingnya edukasi cegah anak merokok

1 day ago 6
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada 2023 telah mencatat bahwa 90,3 persen masyarakat mulai merokok pertama kali pada usia mereka 10–14 tahun

Jakarta (ANTARA) - Organisasi yang berfokus pada pemenuhan hak anak, Save The Children Indonesia mengingatkan pentingnya edukasi dari keluarga dan lingkungan sekitar mengenai bahaya merokok untuk mencegah anak-anak menjadi perokok.

"Anak-anak belum mampu sepenuhnya memahami risiko jangka panjang dari merokok. Jika lingkungan terdekat mereka, keluarga dan komunitas tidak memberi perlindungan dan edukasi, maka kita sedang membiarkan generasi masa depan tumbuh dalam bahaya yang seharusnya bisa dicegah," kata Senior Strategic Communication Manager Save The Children Indonesia Fandi Yusuf dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Hal tersebut dia sampaikan bertepatan dengan momentum Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang jatuh setiap 31 Mei. Lebih lanjut, Fandi menyampaikan bahwa Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada 2023 telah mencatat bahwa 90,3 persen masyarakat mulai merokok pertama kali pada usia mereka 10–14 tahun.

Perokok anak usia 10–18 tahun, kata dia melanjutkan telah mengalami peningkatan sebesar 5,4 persen dalam 5 tahun terakhir, dari sebanyak 9,1 persen menjadi 14,5 persen.

Baca juga: Kemenkes: Kemasan terstandar rokok dapat kurangi perokok anak

Selain itu, Fandi mengatakan data lain menunjukkan bahwa tiga dari lima anak terekspos asap rokok di rumah sehingga meningkatkan kemungkinan mereka ikut merokok karena meniru anggota keluarga, terutama jika tidak diberikan informasi cukup tentang bahaya merokok sejak dini.

Berikutnya, Fandi menyoroti persoalan mudahnya anak-anak mendapatkan rokok. Menurutnya, meskipun Pasal 434 ayat (1) e telah melarang penjualan rokok dalam radius 200 meter dari satuan pendidikan dan tempat bermain anak, namun implementasi di lapangan masih lemah.

Fandi lalu menegaskan bahwa perlindungan terhadap anak dari paparan rokok tidak cukup hanya dengan regulasi, tetapi juga peran keluarga dan penguatan komunitas menjadi elemen penting dalam mencegah anak menjadi perokok.

Ia lalu mengingatkan paparan asap rokok maupun residu yang tertinggal berdampak buruk pada kesehatan, termasuk tumbuh kembang anak. Penelitian juga menunjukkan bahwa paparan rokok berkolerasi dengan gangguan perkembangan kognitif anak.

Baca juga: Upayakan anak muda yang sehat tanpa rokok demi Indonesia Emas

Merokok juga dapat merusak kesehatan mulut dan gigi, dapat menimbulkan gangguan pendengaran, mempengaruhi masa dan fungsi otot dan kepadatan tulang, dan meningkatkan resiko terjadinya kanker.

"Yang juga penting, berdampak buruk pada kesehatan paru-paru anak, menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan dan kejadian asma, bahkan menjadi salah satu penyebab pneumonia, penyakit yang masih menjadi pembunuh utama balita di Indonesia," kata dia.

Sebagai bagian dari upaya pencegahan, Save The Children Indonesia memperkuat kapasitas kader posyandu agar dapat menyampaikan edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada orang tua, termasuk pentingnya menjadikan rumah sebagai area bebas asap rokok.

Di Hari Tanpa Tembakau Sedunia ini, Save The Children Indonesia pun mengajak pemerintah, komunitas, media, dan keluarga untuk bersama menciptakan lingkungan yang bebas rokok bagi anak-anak.

Baca juga: Kenaikan harga rokok selamatkan kelas menengah bawah Indonesia

Baca juga: CHED ITB-AD: Hari Anak Nasional momentum lindungi anak dari rokok

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |