Jakarta (ANTARA) - Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan jajaran menterinya untuk menyusun strategi meningkatkan hubungan dagang dengan Pakistan mengingat masih banyak peluang kerja sama yang dapat dijajaki oleh dua negara.
Prabowo di hadapan Perdana Menteri (PM) Pakistan Shehbaz Sharif mengungkap komitmennya untuk menyeimbangkan neraca perdagangan dua negara, karena saat ini 90 persen dari nilai perdagangan Indonesia-Pakistan masih didominasi oleh ekspor produk-produk Indonesia ke Pakistan, khususnya komoditas sawit.
"Saya telah memberi instruksi kepada menteri-menteri bahwa kami akan segera menyeimbangkan hubungan dagang kami melalui langkah-langkah yang konkret, dan yakinlah kami akan bergerak cepat di seluruh sektor," kata Presiden Prabowo saat menyampaikan pernyataan bersama di kediaman resmi PM Pakistan (PM House), Islamabad, Pakistan, Selasa (9/12).
Dalam sesi yang sama, PM Sharif menyampaikan hal serupa.
"Nilai perdagangan kita mencapai 4,5 miliar dolar AS. Lebih dari 90 persennya merupakan impor dari negara sahabat kami, Indonesia, minyak sawit. Kami telah berdiskusi untuk menyeimbangkan (neraca) perdagangan ini melalui ekspor produk-produk pertanian Pakistan, melalui ekspor inisiatif-inisiatif teknologi informasi, dan tentunya di banyak sektor yang dapat kita jajaki bersama," kata PM Sharif.
Presiden Prabowo dan PM Sharif memimpin pertemuan bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Pakistan di PM House, Islamabad, Selasa, yang merupakan agenda utama Presiden dalam lawatan luar negeri perdananya di Pakistan.
Dalam pertemuan itu, Prabowo didampingi oleh delegasi Pemerintah Indonesia, yang terdiri dari Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Brian Yuliarto, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI M Tonny Harjono, Duta Besar RI untuk Pakistan Letjen TNI (Purn) Chandra Warsenanto Sukotjo, Kepala Badan Logistik Pertahanan Kementerian Pertahanan Marsekal Madya TNI Yusuf Jauhari, dan Panglima Kopassus TNI AD Letjen TNI Djon Afriandi.
Kunjungan tersebut, sebagaimana disampaikan oleh pemimpin dari dua negara, juga menjadi bagian dari peringatan 75 tahun hubungan Indonesia dan Pakistan. Lawatan terakhir Presiden RI ke Pakistan berlangsung pada 2018 yaitu saat masa pemerintahan Presiden Ke-7 Joko Widodo.
"Jaraknya terlalu lama, tetapi sebagaimana yang dikatakan banyak orang, tidak pernah ada kata terlambat, Bapak Presiden. Anda mengatakan pagi ini pesawat tempur Angkatan Udara Pakistan mengawal pesawat Anda. Saya ada di bandara bersama Presiden Pakistan menyambut kedatangan Anda. Ini bukan bagian dari keistimewaan, ataupun prosedur rutin. Ini datang dari lubuk hati kami, seorang pemimpin dari negeri dengan populasi Muslim terbesar dunia mengunjungi Pakistan setelah 7 tahun lamanya. Kami harus berbuat lebih untuk menyambut Anda dan delegasi Anda," kata PM Pakistan.
Tidak hanya berbicara mengenai peningkatan hubungan dagang, Presiden Prabowo dan PM Sharif juga sepakat meningkatkan kerja sama bidang kesehatan, pendidikan, pendidikan vokasi, dan kebudayaan. Setidaknya, ada tujuh dokumen perjanjian dan nota kesepahaman (MoU) kerja sama yang diumumkan dalam rangkaian acara di PM House.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































