Pembuat film Avatar Fire and Ash tanggapi rencana Netflix akuisisi WB

21 hours ago 4

Jakarta (ANTARA) - Pembuat film Avatar: Fire and Ash James Cameron menanggapi rencana Netflix mengakuisisi Warner Bros, studio yang dilaporkan berusia 102 tahun.

​"Mereka harus membuat akomodasi dengan beberapa pembuat film seperti Guillermo del Toro dan sebagainya yang menjaga untuk tetap berpihak kepada bioskop. Aku pikir bukan rahasia lagi bahwa mereka (Netflix) ingin menggantikan bioskop," ujar Cameron dilansir dari laporan Deadline, Sabtu.

Dalam laporan wawancara itu, Cameron, yang juga merupakan sutradara peraih tiga Oscar, mengungkapkan akan menentang setiap rencana yang melindas bisnis bioskop.

“Oke, aku maksud, mungkin itu terjadi, aku tidak tahu, mungkin aku seperti hidup di zaman dinosaurus,” lanjutnya.

“Kebetulan aku berpikir bahwa ada sesuatu yang sakral tentang pengalaman menonton film dan hanya kemudahan yang digantikan oleh akses luas streaming, itu bukanlah jawaban lengkap. Mungkin alam semesta menyesuaikan diri di sekitar dua prinsip itu, tetapi pengalaman bioskop tidak bisa begitu saja dilenyapkan. Aku akan tetap menentang itu.”

Baca juga: Instalasi 3D bawa Dunia Pandora "Avatar: Fire and Ash" ke Jakarta

Pada Senin, Co-CEO Netflix Ted Sarandos menarik kembali pernyataan yang ia buat beberapa bulan terakhir, dan menyatakan bahwa ia kini mendukung penayangan film di bioskop. Dukungan itu terutama berlaku untuk film-film Warner Bros yang telah disetujui untuk dikembangkan dan dibuat secara khusus untuk diputar di gedung bioskop.

​Sarandos berkata, ia akan menghormati kalender tayang film-film itu. Namun, sumber mengatakan bahwa Sarandos berjuang untuk periode eksklusif di bioskop hanya selama 17 hari. Jangka waktu yang sangat jauh berbeda dengan 45 hari yang diharapkan bagi banyak pihak, termasuk Cameron.

Kalender tayang 17 hari sebelum film pindah ke Netflix itu dianggap sebagai pukulan keras bagi bioskop.

​Ia berpendapat, meskipun akses melalui layanan streaming lebih mudah untuk penonton, ada sesuatu tentang pengalaman menonton film yang penting dan itu hilang ketika film ditonton lewat streaming.

Meskipun film yang baik mestinya tetaplah baik di layar manapun, tapi ukuran keberhasilan sebuah film pada penayangan yang optimal di bioskop sejauh ini nyata berdampak.

Contohnya, Avatar: The Way of Water (2022) yang menjadi film terlaris ketiga di dunia dengan tayang lebih dulu di bioskop, sanggup meraih pendapatan 2,3 miliar dolar AS dan menghasilkan laba 531 juta dolar AS.

Cameron membuat "The Way..." untuk format bioskop 3D dan Image Maximum.

Film berikutnya, Avatar: Fire and Ash, yang berdurasi 3 jam 15 menit, juga dibuat dengan maksud serupa, untuk ditonton di bioskop dalam 3D dan Image Maximum tanpa komposit.

​"Pas kamu sudah pegang remote dan tampilan gambarnya diutak-atik, dampak emosinya bisa hilang setengah," kata Cameron. "Boom! Mic drop. Belum pernah aku bicara sejelas ini," ia menandaskan.

Baca juga: Urutan film Avatar untuk memahami jalan cerita jelang "Fire and Ash"

Baca juga: "Wake Up Dead Man: A Knives Out Mystery" tayang di Netflix

Penerjemah: Abdu Faisal
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |