Jubir BPBD: Operasi modifikasi cuaca di Sumbar efektif atasi karhutla

5 hours ago 2

Padang (ANTARA) - Juru bicara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat (Sumbar) Ilham Wahab mengatakan pelaksanaan operasi modifikasi cuaca (OMC) pada 25-31 Juli 2025 di daerah itu efektif dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Secara umum pelaksanaan operasi modifikasi cuaca cukup efektif dan berhasil dalam menangani karhutla, terutama di titik-titik yang kita targetkan," kata Ilham Wahab di Kota Padang, Sabtu.

Baca juga: BMKG Minangkabau bakal tebar 10 ton NaCl tangani karhutla di Sumbar

Ilham menjelaskan operasi modifikasi cuaca tersebut menargetkan rekayasa hujan buatan, terutama di sekitar langit Kabupaten Solok dan Kabupaten Limapuluh Kota. Lokasi ini dipilih, karena dua kabupaten tersebut berstatus tanggap darurat karhutla pada saat operasi dilaksanakan.

Pada awalnya, operasi modifikasi cuaca hanya dilaksanakan selama lima hari. Namun, BPBD bersama BMKG setempat memutuskan untuk memperpanjang menjadi tujuh hari, karena masih adanya titik-titik api serta potensi kebakaran.

Selain keadaan yang semakin kondusif, terutama di Kabupaten Solok dan Kabupaten Limapuluh Kota, penghentian operasi modifikasi cuaca juga dilatarbelakangi kondisi karhutla di Pulau Kalimantan yang terus meluas.

"Jadi, meluasnya dampak karhutla di Kalimantan juga menjadi pertimbangan penghentian operasi modifikasi cuaca di Sumbar, sehingga operasi ini bisa langsung dialihkan ke Kalimantan," kata Ilham.

Meskipun tergolong berhasil menangani karhutla, terutama di Kabupaten Solok dan Kabupaten Limapuluh Kota, BPBD bersama Dinas Kehutanan dan pemangku kepentingan lainnya masih bersiaga mencegah kebakaran.

Baca juga: Semaian butiran garam untuk penanganan Karhutla di Sumbar

Baca juga: BNPB sebar 24 ton natrium clorida sejak operasi TMC di Sumbar

Apalagi, pada Jumat (1/8) masih terjadi kebakaran lahan di Kecamatan Rao Selatan, Kabupaten Pasaman yang menghanguskan 100 hektare (ha) kawasan area penggunaan lain (APL). Kebakaran ini diduga dampak kemarau panjang yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir.

Terpisah, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Desindra Deddy Kurniawan mengatakan penebaran natrium klorida (NaCl) di langit Ranah Minang ditujukan untuk merekayasa hujan buatan.

Berdasarkan catatan BMKG, beberapa wilayah di Sumbar sudah masuk dalam kategori kekeringan yang panjang. Bahkan, kondisi itu mendekati ekstrem, sebab sejumlah wilayah tercatat mengalami hari tanpa hujan rentang 30 hingga 60 hari seperti yang terjadi di Kabupaten Solok.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |