Makkah (ANTARA) - Kementerian Agama RI melaporkan jamaah calon haji Indonesia akan diberangkatkan ke Arafah pada 8 Dzulhijah atau 4 Juni 2025 untuk memulai seluruh proses rangkaian ibadah haji 1446 Hijriah.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief mengatakan pihaknya terus memperkuat konsolidasi data serta menyusun skema untuk memastikan jamaah diberangkatkan ke Arafah.
"Kami menyusun berbagai skema mitigasi pergerakan jamaah, untuk memastikan seluruh jamaah terangkut ke Arafah. Jangan sampai ada yang tertinggal, tercecer, bahkan terabaikan," kata Hilman di Makkah, Arab Saudi, Senin.
Hilman Latief menjelaskan tiga skema mobilisasi jamaah calon haji menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) yang telah disiapkan.
Pertama, skema pergerakan reguler. Dalam skema pergerakan reguler, jamaah diberangkatkan dari Makkah menuju Arafah untuk melaksanakan wukuf.
Selepas Maghrib, jamaah diberangkatkan menuju Muzdalifah untuk melaksanakan mabit (menginap). Setelah melewati tengah malam, jamaah bergerak ke Mina untuk mabit hingga 12 atau 13 Dzulhijah.
Baca juga: Kesiapan operasional PPIH diintensifkan jelang puncak haji
"Ini (pergerakan reguler) akan diikuti sekitar 67 persen atau sekitar 136 ribu calon haji Indonesia," kata Hilman.
Skema kedua adalah Murur. Setelah menunaikan wukuf di Arafah dan usai masuk waktu Maghrib, jamaah bergerak melintasi Muzdalifah (tidak turun dari bus), lalu menuju Mina. Skema ini akan diikuti sekitar 33 persen atau sekitar 60 ribuan calon haji Indonesia.
Skema ketiga, yakni Tanazul. Jamaah calon haji yang melakukan Tanazul adalah mereka yang akan melempar jumrah pada 10 Dzulhijah (setelah wukuf dan mabit di Muzdalifah), lalu kembali ke hotel, tidak kembali lagi ke tenda Mina.
"Mereka adalah jamaah yang tinggal di hotel sekitar wilayah Syisyah dan Raudhah," kata dia.
Jemaah Tanazul akan kembali ke Jamarat untuk melempar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada 11, 12, dan 13 Dzulhijah. Skema ini ditargetkan akan diikuti 37 ribu calon haji.
Skema Murur dan Tanazul merupakan upaya pemerintah untuk mengurai kepadatan di Muzdalifah dan Mina. Kedua skema ini diterapkan, setelah pemerintah melakukan kajian dan didapatkan kesimpulan bahwa hal tersebut tidak menyalahi syariat ibadah haji.
Baca juga: Arab Saudi gelar apel pasukan amankan jamaah haji 2025 di Arafah
Bagi jamaah lansia, disabilitas, dan memiliki komorbid, diberlakukan Safari Wukuf Khusus. Mereka akan mendapatkan pengawalan tenaga medis, pendamping ibadah, dan hotel transit untuk memastikan tetap bisa menjalankan rukun dengan aman dan layak.
Selain itu, Hilman juga menjelaskan skenario pergerakan jamaah calon haji Indonesia selama puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
"Pertama, dari Makkah ke Arafah. Pergerakan ini akan dilakukan dalam tiga trip," ujarnya.
Pada 9 Dzulhijah atau 5 Juni 2025 seluruh peserta haji sudah berada di Arafah untuk melaksanakan ibadah wukuf. Setelah itu, jamaah akan bergerak dari Arafah ke Muzdalifah. Pergerakan dimulai pukul 19.00 WAS. Jamaah dengan skema reguler akan mabit di Muzdalifah.
"Dari Muzdalifah ke Mina, jamaah akan dilayani bus dengan sistem taraddudi (bolak balik) Muzdalifah - Mina, hingga menjelang Subuh," kata Hilman.
Usai mabit di Mina, jamaah yang mengambil nafar awal dan nafar tsani akan diberangkatkan kembali ke Makkah secara bertahap.
Baca juga: Musytasyar Dinny jelaskan pentingnya wukuf di Arafah
"Semua pergerakan ini kami sesuaikan dengan kapasitas layanan syarikah dan realitas di lapangan," ujar Hilman.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2025