Israel ganggu sinyal internet kapal misi bantuan Madleen

4 hours ago 5

Yerusalem/Istanbul (ANTARA) - Aktivis hak asasi manusia dan koordinator pers Koalisi Freedom Flotilla (FFC), Yasemin Acar, melaporkan bahwa Israel mulai mengganggu akses internet kapal bantuan Madleen yang tengah menuju Jalur Gaza dan saat ini masih berada di perairan internasional.

Berbicara kepada Anadolu dari kapal Madleen, Acar mengatakan, “Kami baru saja diberitahu tim darat bahwa Israel secara resmi mulai mengacaukan sinyal internet kami. Hal itu terlihat jelas dari koneksi yang melambat drastis. Ini berarti kami bisa kapan saja terputus total dari dunia luar.”

Kapal yang berangkat dari Italia selatan dalam misi kemanusiaan ke Gaza dan menantang blokade Israel tersebut kini berada sekitar 116 mil laut dari ​​​​​​Gaza, katanya seraya menambahkan bahwa komunikasi bisa terputus sewaktu-waktu.

Menyoroti dampak hukum dan kemanusiaan dari kemungkinan serangan militer Israel, Acar menyatakan, “Kami masih berada di perairan internasional dalam perjalanan menuju perairan Gaza. Jika terjadi kekerasan dari IDF terhadap misi kemanusiaan ini, maka itu akan menjadi kejahatan perang karena kami tidak berada di wilayah mereka.”

Acar juga mengingatkan dunia tentang serangan sebelumnya terhadap misi serupa, termasuk insiden tahun 2010 terhadap kapal Mavi Marmara yang menewaskan 10 orang aktivis, serta serangan pesawat nirawak (drone) terhadap kapal Conscience milik FFC di dekat Malta pada 2 Mei lalu.

Baca juga: Kapal bantuan Gaza masuki perairan Mesir kendati ada ancaman Israel

24 Jam yang sangat menentukan

Setelah delapan hari berlayar, kru Madleen berharap bisa mencapai Gaza pada Senin (9/6) pagi, selama tidak ada gangguan. Hingga saat ini, belum ada kontak langsung maupun tidak langsung dari pihak Israel terhadap kapal tersebut.

Acar menekankan pentingnya misi ini. “24 jam ke depan sangat krusial,” ujarnya.

Ia mengatakan semangat 12 kru kapal tetap tinggi. Di antara mereka terdapat aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg dan aktor Irlandia Liam Cunningham.

“Madleen hanyalah bagian kecil dari gerakan global,” ungkapnya.

Acar mengkritik diamnya komunitas internasional terhadap agresi Israel dan blokade ilegal yang masih berlangsung.

"Dunia internasional tetap bungkam melihat blokade ilegal ini. Kami sudah menyuarakan hal ini sejak lama. Kami bukan aksi kekerasan. Kami tidak membawa senjata. Kami tidak mencari konflik."

Misi mereka, tegas Acar, sangat sederhana namun mendesak. “Kami hanya ingin membawa bantuan kemanusiaan untuk penduduk Gaza yang kelaparan, di saat dunia lebih memilih mengirim senjata ketimbang bantuan dan menghentikan blokade ilegal atas Gaza.”

Baca juga: Israel akan cegat kapal pembawa bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza

Ancaman terhadap kapal Madleen

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz pada Minggu menginstruksikan militer untuk mencegah Madleen mencapai Gaza.

Angkatan Laut Israel tengah bersiap mencegat kapal tersebut saat mendekati perairan Gaza dan berencana memaksa kapal dialihkan ke pelabuhan Ashdod.

Dalam pernyataannya melalui unggahan foto bersama Kepala Staf Eyal Zamir dan para komandan angkatan laut, Katz mengatakan, “Saya telah memerintahkan militer Israel melakukan segala cara untuk mencegah armada kebencian Madleen mencapai Gaza. Saya sampaikan langsung kepada Greta yang anti-Semit dan juru propaganda Hamas: Putar balik, kalian tidak akan sampai ke Gaza.”

Misi Kapal Madleen

Sebagai bagian dari misi terbaru Koalisi Freedom Flotilla untuk menembus blokade dan mengirim bantuan ke Gaza, kapal layar Madleen sepanjang 18 meter berangkat pada 1 Juni dari Pelabuhan San Giovanni Li Cuti di Catania, Sisilia, Italia.

Menurut penyelenggara, kapal ini membawa bantuan darurat bagi warga Gaza, termasuk susu formula bayi, tepung, beras, popok, pembalut wanita, peralatan desalinasi air, obat-obatan, kruk, serta kaki dan tangan palsu (prostetik) untuk anak-anak.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Kapal bantuan menuju Gaza yang diserang di Malta, tunggu izin sandar

Penerjemah: Primayanti
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |