Intaian konflik tambang nikel di Raja Ampat

4 hours ago 4
Tambang ini menjadi kendala untuk para wisatawan

Raja Ampat, Papua Barat Daya (ANTARA) - Waktu menunjukkan sekitar pukul 15.00 WIT, tapi Joshias Kapitarau belum beranjak dari warungnya. Padahal, biasanya, para pedagang di dermaga Pulau Piaynemo, Raja Ampat, Papua Barat Daya, sudah mulai bersiap-siap untuk kembali ke kediaman masing-masing, mengikuti kepulangan para wisatawan pada sore hari.

Berbeda dengan mama-mama yang asik berbincang dengan satu sama lain, Joshias menatap lesu ke hamparan laut nan bening yang menjadi rumah bagi ikan dengan warna-warni yang khas.

Gorengan di dalam kotak bening terlihat tak lagi bertekstur renyah, sepertinya telah layu termakan waktu. Sejumlah kopi dalam kemasan saset, berikut dengan gelas-gelas yang siap untuk diisi, juga menganggur di atas meja.

Ketika dihampiri, Joshias mengeluhkan jumlah wisatawan yang menurun.

“Biasa satu hari itu 50 sampai lebih speed (boat)-lah, yang masuk (Piaynemo). Tapi karena adanya informasi tambang, hari ini tak sampai 20 (speedboat),” tuturnya sembari bersandar di sudut pagar pembatas.

Menyebarnya informasi mengenai keberadaan tambang di Raja Ampat, Papua Barat Daya, mengakibatkan beberapa wisatawan membatalkan perjalanannya.

Joshias Kapitarau, pedagang di Pulau Piaynemo, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Sabtu (7/6/2025). (ANTARA/Putu Indah Savitri)

Joshias tidak bisa mengira-ngirakan jumlah penurunan wisatawan, tetapi ia menyampaikan pada hari-hari biasa, tepatnya sebelum isu tambang nikel di Raja Ampat mencuat, jumlah wisatawan bisa mencapai 500–1.000 orang per hari.

Ucapan Joshias dibenarkan oleh pedagang-pedagang lainnya yang berjualan minyak pijat dari kelapa, hingga penjual kelapa muda. Mereka menyayangkan aktivitas tambang yang berlokasi di Raja Ampat karena membawa pengaruh negatif terhadap minat wisatawan untuk berkunjung.

“Tambang ini menjadi kendala untuk para wisatawan,” keluhnya lagi.

Baca juga: Kilau nikel di pelukan Raja Ampat

Halaman berikut:

Kegelisahan pelaku wisata

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |