Tangerang (ANTARA) - Spesialis paru Eka Hospital Cibubur dr. Paulus Arka Triyoga mengatakan perokok pasif memiliki risiko sama besarnya dengan perokok aktif sebab terpapar asap rokok lingkungan bisa mengalami gangguan kesehatan seperti kanker.
"Misalnya saja penyakit kardiovaskular, kanker paru-paru, infeksi saluran pernapasan (terutama pada populasi anak), asma dan alergi, serta peningkatan risiko Sindrom Kematian Bayi Mendadak (SIDS)," kata dr. Paulus Arka Triyoga dalam keterangannya di Tangerang Sabtu.
Ia menjelaskan, merokok merupakan faktor utama masalah paru-paru yang sering terjadi di Indonesia maupun dunia. "Asap rokok mengandung ribuan senyawa kimia berbahaya dapat menyerang organ-organ vital tubuh. Bukan hanya pada si pengguna, bahaya rokok juga dapat dialami oleh perokok pasif," katanya.
Maka itu, setiap tanggal 31 Mei, dunia memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS). Momen ini menjadi pengingat penting akan dampak buruk tembakau dan ajakan untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang bebas asap rokok.
Dokter Paulus menuturkan paparan zat - zat berbahaya dalam rokok menimbulkan kerusakan signifikan pada berbagai sistem organ seperti sistem pernapasan, kardiovaskular, saraf pusat, mata hingga kulit.
Paru-paru, katanya, merupakan organ yang paling rentan terhadap dampak negatif merokok. "Inhalasi asap rokok secara kronis menyebabkan kerusakan ireversibel pada alveoli dan memicu perkembangan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), termasuk emfisema dan bronkitis kronis," katanya.
Baca juga: Dokter sebut rokok bisa membuat nasofaring iritasi dan memicu kanker
Baca juga: Tembakau alternatif dan upaya turunkan prevalensi perokok
Selain itu, Dokter Paulus menjelaskan, risiko kanker paru-paru meningkat secara signifikan pada orang yang memiliki riwayat merokok aktif.
'Merokok juga dapat meningkatkan risiko terkena infeksi seperti tuberkulosis (TBC) dan pneumonia. Penumpukan tar pada paru menghambat fungsi pernapasan Anda secara perlahan-lahan," katanya.
Lalu nikotin dan karbon monoksida dalam asap rokok mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Hal ini memaksa jantung bekerja lebih keras dan meningkatkan peluang munculnya penyakit jantung koroner, infark miokardium, serta stroke.
"Proses aterosklerosis yakni penyempitan pembuluh darah akibat pembentukan plak pada dinding arteri, juga dipercepat oleh kebiasaan merokok," ujarnya.
Baca juga: Cegah kanker dengan kurangi rokok dan sinar matahari pagi
Baca juga: Kanker bisa dicegah dengan gaya hidup bersih dan sehat
Selain itu, menurut nikotin memiliki sifat adiktif/candu yang kuat dan mempengaruhi kimia otak. Disamping itu, penurunan aliran darah serebral akibat penyempitan pembuluh darah dapat mengganggu fungsi kognitif dan meningkatkan kerentanan terhadap stroke.
Merokok dalam jangka panjang dapat mempengaruhi penglihatan dan saraf optik. Merokok dapat menyebabkan gangguan yang mempengaruhi mata seperti glaukoma, katarak, dan degenerasi makula.
"Dampak lain merokok adalah mempercepat proses penuaan kulit melalui kerusakan serat kolagen dan elastin. Akibatnya, kulit kehilangan elastisitas, menjadi lebih keriput, tampak kusam, dan mengalami penurunan kemampuan regenerasi. Proses penyembuhan luka pada perokok juga cenderung lebih lambat," ujarnya.
Baca juga: Asa menyongsong masa depan tanpa asap tembakau
Baca juga: Kemenkes tekankan perlindungan generasi muda dari bahaya rokok
Baca juga: Cara kendalikan diri agar terlepas dari nikotin
Pewarta: Achmad Irfan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2025