Bapanas mendorong UMKM pangan lokal bangkitkan ekonomi pedesaan

1 week ago 24
Meningkatkan konsumsi pangan lokal non-beras bukan hanya memperkuat ketahanan pangan nasional, tapi juga menciptakan lapangan kerja dan menambah nilai ekonomi di desa.

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mendorong peran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pangan lokal dalam membangkitkan ekonomi pedesaan melalui penciptaan produk olahan non-beras.

Arief mengatakan pihaknya terus memperkuat upaya diversifikasi pangan lokal sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan nasional sekaligus penggerak ekonomi pedesaan.

"Salah satu langkah konkret dilakukan melalui dukungan kepada pelaku UMKM yang mengembangkan produk pangan berbahan baku non-beras, seperti singkong atau mocaf (modified cassava flour)," kata Arief dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

Ia menekankan pentingnya peran UMKM dalam membangun ekosistem pangan lokal yang tangguh dan berkelanjutan. Pemberdayaan UMKM merupakan peluang emas untuk membangun ekonomi pedesaan yang mandiri.

"Meningkatkan konsumsi pangan lokal non-beras bukan hanya memperkuat ketahanan pangan nasional, tapi juga menciptakan lapangan kerja dan menambah nilai ekonomi di desa,” ujarnya.

Dia menyebutkan berdasarkan Direktori Konsumsi Pangan Nasional 2024 menunjukkan dominasi konsumsi beras masih tinggi, yakni 92 kg per kapita per tahun. Sementara pangan lokal lainnya seperti singkong baru mencapai 8,5 kg, kentang 2,5 kg, ubi jalar 3,1 kg, dan sagu hanya 0,6 kg per kapita per tahun.

“Ini menunjukkan betapa besarnya ruang tumbuh pangan lokal, dan UMKM adalah ujung tombaknya,” ujarnya pula.

Berkaitan itu, Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas Andriko Noto Susanto melakukan kunjungan kerja ke UMKM KWT Putri 21 di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Andriko juga mengunjungi UMKM Mocafetela di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Ia mengatakan KWT Putri 21 dan Mocafetela merupakan contoh UMKM yang sukses berkolaborasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah dalam mendorong pangan lokal.

"Mereka memanfaatkan singkong dari petani lokal sebagai bahan baku utama, sehingga bukan hanya menekan biaya produksi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan petani. Produk mereka bahkan sudah dipasarkan ke luar daerah melalui platform digital,” ujar Andriko pula.

KWT Putri 21 merupakan UMKM binaan Bapanas yang mengolah singkong menjadi produk turunan berbasis mocaf. Dukungan dari Bapanas mencakup penyediaan peralatan pengolahan seperti mesin packing otomatis, mesin pengayak tepung, mesin pengemas vakum, oven listrik, oven gas dua deck, dan mesin penepung.

UMKM KWT Putri 21 mampu memproduksi 1.500 pcs dengan produk yang lebih bervariasi dan berkualitas, termasuk mi mocaf, hingga beras analog yang kini bisa tahan hingga dua tahun berkat mesin vakum.

Bapanas meyakini lewat kolaborasi lintas sektor, pola konsumsi masyarakat dapat perlahan bergeser ke pangan lokal yang lebih beragam, sehat, dan berkelanjutan.

"Inisiatif seperti ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia," kata Andriko.

Baca juga: Bapanas: Diversifikasi pangan lokal strategi penuhi kebutuhan nasional

Baca juga: Bapanas sebut MBG buka peluang pemanfaatan bahan pangan lokal

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |